Buy Me A Coffee!

GoPay

Wednesday, February 20, 2013

Perjanjian Dari Pencipta Ke Pengguna dengan Creative Commons

Jam 1 siang, sesi ketiga dari rangkaian acara seminar nasional #Dinamik8 pun dimulai. Kali ini yang menjadi bintang tamu adalah pak Ivan Lanin. Beliau adalah wakil direktur proyek Creative Commons Indonesia. Pada kesempatan kali ini beliau memberikan pembahasan dengan tajuk "Bersinergi dengan Karya TI Berlisensi".

Bahasa Indonesia yang Baik Dan Benar


Loh, kok TI? bukan IT? Pak Ivan menegaskan penggunaan TI karena merupakan bahasa Indonesia yang benar, yakni singkatan dari Teknologi Informasi. Wah, pak Ivan pemerhati bahasa Indonesia yang baik dan benar lo. Jelas saja, karena beliau merupakan salah satu kontributor dari Wikipedia Indonesia. Bahkan kang Arvi yang merupakan moderator beberapa kali diralat kata-katanya seperti Talkshow dalam bahasa Indonesianya adalah gelar wicara, dan MC adalah pembawa acara. Membelalakkan mata ya?
Saya jadi berkontemplasi apakah bahasa saya sudah benar. Namun pak Ivan berkata jangan khawatir, kosakata bahasa Indonesia kita itu sebenarnya banyak, namun tidak biasa untuk dipakai.

Pak Ivan yang ada di kiri dan menghadap ke arah kamera.

Lisensi Creative Commons

Ups, kok malah membahas tentang Bahasa Indonesianya ya? Mari kita lanjutkan tentang Creative Commons.

Pak Ivan mengatakan lisensi adalah perjanjian atau ketentuan antara pencipta dan pengguna. Pengguna berhak atas apa saja dari karya yang telah diciptakan. Beliau kemudian menerangkan Creative Commons Indonesia bukanlah lembaga hukum namun lembaga mengadaptasi Creative Commons Indonesia dan mempublikasikannya di Indonesia. Cita-cita luhur dari Creative Commons Indonesia adalah menyadarkan akan lisensi kepada masyarakat.

Lisensi Creative Commons secara singkat memberikan informasi yang jelas mengenai izin dari pencipta karya untuk membolehkannya berbagi. Bagaimana dengan karya yang tidak memiliki lisensi ini? Karya lain seperti teks, gambar, data, musik, video yang tidak ada lisensinya apa tidak boleh diambil? Pak Ivan menyatakan boleh saja, namun harus meminta izin secara langsung. Sebagai contoh beliau pernah meminta izin terhadap sebuah karya nasional dan meminta izin ke Perpustakaan Nasional Indonesia, dan itu baru dijawab 2 bulan kemudian. Repot ya?

Nah, agar bisa diberikan pernyataan tentang karya bisa dibagi secara mudah maka ada creative commons. Creative Commons Indonesia sendiri baru berdiri secara resmi tahun 2012 yang lalu, namun sebenarnya perencanaan dan pembangunannya sejak tahun 2008. Info lengkapnya bisa dilihat di http://creativecommons.or.id/ atau follow twitternya di cc_id

Ada satu poin yang perlu diingat. Creative Commons tidak mencakup ke software lo, karena ranah software itu berada di hak paten.

Analogi Pohon Gratis

Pak Ivan memberikan analogi yang bagus saat gelar wicara. "Orang-orang mencuri mangga dikarenakan mangga tidak gratis dan dia tidak memiliki pohon mangga di rumahnya bukan? Kalau misalnya pohon mangga digratiskan apa masih ada yang mau mencuri?" Sontak dari peserta berkoor "Tidak." Adalagi analogi dari Pak Ivan Analogi dari Pak Ivan "Kalau di rumah makan ada Jus Alpukat, bayar, dan Teh Tawar yang gratis, cenderung memilih Teh Tawar bukan? Padahal jelas berbeda." Analogi-analogi tersebut menjelaskan dengan semakin banyaknya karya yang mudah didapatkan dan dibagi maka orang akan cenderung menggunakannya sebagai pilihan alternatif.

Yuk Sadar!

Acara pun berakhir. Yah... saya nggak diberi kesempatan bertanya, padahal ngebet loh untuk bertanya. Bapak Ivan juga sudah pulang, ingin berfoto sejenak sebenarnya, hihi. Oh ya sudahlah, dengan kedatangan Pak Ivan ke kampus dari hasil request saya ke panitia Seminar Nasional juga sudah puas kok.

Oh ya, Pak Ivan mengatakan sadar akan lisensi itu mungkin tidak seketika, namun memerlukan proses. Beliau pun demikian. Namun kini beliau sudah sadar akan lisensi. Misalnya ketika ingin mengunduh dokumen-dokumen yang tidak bebas diberikan karena tidak berlisensi Creative Commons beliau kini berpikir dua kali, begitu pula dengan membeli DVD bajakan, beliau merasakan sesuatu yang salah dan pikir-pikir terlebih dahulu.

Yuk ah semuanya sadar lisensi, biar karya kita semua bisa dihargai!

p.s: follow pak Ivan Lanin di twitternya @ivanlanin ya! Beliau katanya aktif kalau lagi nggak di luar kota.

"Kita Sedang Menyiapkan Paspor lo,"

Bu Pepita sedang memberikan ucapan menjelang peresmian.




Dalam rangkaian acara Seminar Nasional dari #Dinamik8 berikutnya adalah giliran Bu Pepita Gunawan dari Google. Beliau memberikan informasi tentang Google Apps yang bekerjasama dengan dunia pendidikan.

Kesan pertama begitu menyegarkan, bu Pepita gaul banget! Beliau menggunakan kaos non-formal berwarna merah. Dengan gaya santai, bu Pepita memberikan ice breaking dengan bertanya hal-hal terkait Google Apps dan perkuliahan.

Dari sesi kali ini saya disadarkan kalau perkuliahan itu sangat mempengaruhi masa depan lo! Bu Pepita menjelaskan kalau kedepannya saat bekerja itu dimulai dari perkuliahan. Yup, jalan pemikiran, cara memilih, dan berinteraksi itu dipengaruhi cara menjalani dunia kampus sekarang.

Berlanjut ke dunia kerja, yang membedakan orang yang satu dengan lainnya (yang kuliah) salah satunya kegiatan yang dilakukan diluar dari perkuliahan. "Saya senang outdoor dan dunia teater, apa yang membuat saya dipanggil oleh interview salah satunya karena hal ini." Benar bukan? Karena soft-skill didapat dari diluar pelajaran.

Dan menit-menit berikutnya bertebaran dengan hadiah-hadiah dari yang menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ihiks, saya tidak begitu pede untuk menjawab. *menyesal.. menyesal... huhuhu mudah-mudahan Bu Pepita baca dan diberi baju Google, hahaha!*

Tapi dapat stiker Google Mail loo

Kemudian dilanjutkan dengan peresmian Google Apss for Education dengan pemukulan gong.

dan peresmiaan...

P.s: Padahal sebelum diresmikan saya dan teman-teman sudah mengerjakan proposal bisnis dengan Google Docs lo. (Jadi ingat belum selesai proposalnya. Kyaaaaa *panik*)

Cloud Computing Bagaikan PLN



Dalam seminar nasional yang diselenggarakan tanggal 20 Februari 2013, Pak Alex Budiyanto menerangkan tentang penjelasan Cloud Computing dari basic. Bagi saya yang sangat awam dengan cloud computing saya mendapatkan ilmu yang mencerahkan tentang cloud computing ini.

Beliau menjelaskan analogi cloud computing layaknya listrik dan air. Sebagai contoh kita tidak perlu membuat pembangkit listrik sendiri untuk mendapatkan listrik sendiri bukan? Air pun kita tidak perlu membuat penjernih air sendiri, hanya berlangganan dengan PAM. Begitu pula dengan Cloud Computing. Pengguna hanya berpikir cara menggunakan komputernya.

Pak Alex pun mendemokan cloud computing dengan menggunakan Windows Azure. Beliau menampilkan cara membuat sebuah komputer virtual cloud. Konfigurasinya sangat mudah seperti konfigurasi aplikasi biasa. Walaupun agak tersendat sedikit karena internetnya lambat, setelah menunggu beberapa waktu komputer yang dibuat telah tersedia, bahkan bisa langsung diakses dengan PUTTY.

Yang cukup mencengangkan bagi saya, ternyata Cloud Computing memungkinkan untuk scale down dan scale up. Hal ini memungkinkan kita menentukan sendiri resource komputer yang kita sewa. Misalnya komputer virtual kita tentukan berapa processornya dan berapa besar RAM-nya. Menyenangkan sekali bukan?

Ternyata Cloud Computing keren banget!

Sunday, February 17, 2013

Bisakah saya sholat subuh di mesjid?

Nah oke.
Jadi dosen saya berkata "Kalau cowok nggak sholat subuh di mesjid, udahlah, jangan banyak omong." Maksudnya cowok kan lebih baik sholat di Mesjid, dan subuh merupakan sholat yang, subhanallah, berat.

*tampar aku! tampar aku!*

Hey! Itu semua membuat saya menjadi berkontemplasi. Bisakah saya?

Model Matematis


Karena sudah belajar teknik simulasi pemodelan, maka kita coba ya berdasarkan model linear.

Jadi yang membuat usaha saya menuju mesjid (Mnj) itu agak susah adalah
1. Kesadaran bangun (K)
2. Suhu, buat wudhu, dingin broh (S)
3. Jarak (J)

Suhu paling minimal 15 derajat deh (woo dingin). Jarak nggak mungkin lebih dari 500 meter.

Model matematisnya yang perlu diminimasi kira-kira:
Mnj = K - S - J

p.s: Kok aneh gini modelnya?

Lokasi saya

Yak, coba pake ini dari tadi.
Mari kita gunakan Google Maps dan cari lokasi mesjid terdekat dengan saya.

Ini lokasi saya.
nggak pas banget. Harusnya masuk ke dalam gang, tapi nggak ada gangnya.
Dan ini list mesjidnya
dan mesjid terdekat adalah mesjid Nurul Falah (yang C)

dan kata GMaps jaraknya sekitar 240 m (exclude masuk ke dalam gang saya sekitar 50 meter), ditempuh dalam waktu 3 menit.

Oh! Ternyata dekat ya! Anggap waktu total untuk menuju kesana 5 menit deh. Karena saya harus menyiapkan nyawa dulu maka saya harus bangun (15 menit sebelum adzan + 5 menit berangkat) = 20 menit sebelumnya (idealnya).

Menurut http://www.pkpu.or.id/adzan3/monthly.php?id=14, Bandung itu adzannya 4:37. Hm.. kira-kira jam 4:30 ya.

Berarti harus bangun jam 4:10 dong

Uwooooggghhhh

Jadi?


Apakah bisa? Dicoba aja lah ya? :3

Wednesday, February 6, 2013

Pengerjaan Dekorasi #Dinamik8

Besok ngerjain:
gapura
awan



kayunya dipotong


buat jadi penyangga gini, di gergaji serong biar bisa dipaku


pakunya ada di dalam plastik ini. ada paku triplek yang kecil dan paku kayu yang agak gede 

 penjelasan pengerjaan ada di mading ini

gergaji, kayu, karton ada di sini

tripleknya dipotong sesuai dengan tinggi gapura, bentuknya seperti di cara pengerjaan yang ditempel

salam peluk cium sayang

@igrir

Saturday, February 2, 2013

Rok Menjuntai

Wanita itu menatap nanar. Jiwanya terkoyak, jantungnya telah hilang. Yang tersisa hanyalah kepingan-kepingan kulit bercampur genangan sesuatu yang berwarna merah, lengket, dan berbau amis.
Merah kemerahan mata seorang penggembala anjing menyeret-nyeret rongsokan berbau amis ini. Menyeret-nyeret, kemudian melenguh, menyeret kembali, dan bersin di tepian samudera.
Tangan sang wanita kini mengeras. Mengambil sebongkah batu berbentuk gunting dan menusuk leher sang penggembala dengannya. Sang penggembala teriak, senang, menggelepar, dan bersuara parau.
Kini tersisa gagak dan anjing dan wanita ini.
Tiba-tiba sebuah cahaya menyorot dari tepian langit. Membumbung tinggi, membelah waktu. Sang wanita tercengang, dan semua menghilang.

Akhirnya sang kucing tergeletak di tanah dan menjilati ikan yang telah digoreng.


The End.

Saya Nggak Stereotype

Iye, iye, postingan yang satu ini sexists banget. Tapi sudahlah, jangan menutup mata, orang-orang selalu berpikir dari stereotype kan? Kayak halnya kucing akan selalu bertengkar dengan anjing dan pejabat selalu korupsi.

Ini beberapa hal tentang stereotype dan mengacu ke diri saya.

1. Boys are good at sport.

Sering kan di Film Tidak Valid (FTV, eeh..) membangkitkan seorang sosok pria idaman yang jago main basket, tampan, dan punya duit banyak? Dan kenapa harus basket coba? Kenapa nggak jago jemur pakaian? Atau jago kentut bernada C#?

No I am not. Saya nggak bagus dalam hal olahraga. Tapi saya suka jalan kaki, ke mana aja.

Poin yang satu ini berkaitan juga dengan ide yang kedua, yaitu...

2. Boys love soccer

"Tadi malam nonton pertandingan CCC?"
"Wah iya! Itu antara si pemain KKK skillnya keren, baru dibeli padahal."
"Iye, kalah tu LLL. Makin bobrok aje, peringkat berapa sekarang LLL?"
"Nggak tahu, nggak peduli, ahaha!"

No, I don't love soccer. Kalau saya di tengah perbincangan tentang dunia per-sepakbolaan, saya angkat tangan. Tangan saya cukup tinggi untuk diangkat sampai bisa menyentuh langit-langit.

Saya nggak ngikutin tentang tim mana yang mana yang ngalahin siapa dengan skor berapa dan kini main atau nggak.

3. Boys love games

Suka sih, tapi nggak begitu maniak juga.
Stereotype yang sering saya lihat baik di 9gag atau film-film Hollywood, seringkali mainannya yang AAA game kayak WOW, terus mainan CS, violent, dan gore.

The thing is, I didn't have much time. But I do love to play games, apalagi develop games.

Nah kenapa saya nggak begitu sesuai dengan stereotypes ntu?

The thing is, I am not too mainstream after all. Mwahahaha!

Oh nggak, kayaknya karena lingkungan sekitar juga sih. Bapak nggak begitu suka dengan sepak bola, Ibu nggak begitu ngebolehin keluar rumah dulu jadi jarang maen, dan saya anak Les-an (dulu pas SD ikut 4 sampai 5 les dalam seminggu. Uwoo..), dan kakak cewek.

Nah! Nah!

Jadi tidak serta merta juga kan stereotype laki-laki pasti ada di diri setiap orang?