Buy Me A Coffee!

GoPay

Friday, February 24, 2017

GDB Ngariung #10: Surviving As A Freelance Artist

Hari rabu yang lalu saya berkesempatan untuk mengikuti acara GDB Ngariung di Dicoding Space. Ini adalah nama kegiatan dari Game Developer Bandung untuk "gathering" (alias "ngariung" kalau dalam bahasa sundanya). Topik yang dibawakan bisa bermacam-macam. Saat itu temanya "surviving years in the industry as a freelance game artist" alias pengalaman tips dan trik dalam kerja lepas. Kebetulan yang menjadi pemateri adalah Pak Dicky.


Pak Dicky

Pak Dicky adalah seorang ilustrator. Beliau sudah lama berkecimpung di dunia "gambar-menggambar." Saya pribadi kenal beliau semenjak GGJ tahun 2015 yang lalu. Agak flashback, saat GGJ saya  kurang mahir untuk merekrut orang lain, entah malas atau malu, hahaha. Kebetulan sekali Pak Dicky datang dan menawarkan diri untuk menjadi artist. Nah, semenjak itulah saya kenal dengan beliau.

Saya perhatikan sepertinya orang-orang kebanyakan memanggil beliau "ko Dicky". Tapi karena sudah terbiasa, di artikel ini saya tulis "pak Dicky" saja ya. Hehe.

Acara dimulai sekitar jam 19:00 karena pak Dicky terjebak macet. Setelah persiapan laptop, powerpoint, dan koneksi internet, presentasi pun dimulai.

1991

Pak Dicky mulai bercerita tentang perjalanan karirnya. Kegiatan yang sering dilakukan saat dulu adalah mendesain kaos untuk dijual. Dulu juga belum begitu marak untuk melakukan pengerjaan gambar secara digital. Baru sekitar tahun 1991 beliau mulai menerjunkan diri di ilustrasi berbantukan komputer.

Walaupun pendidikan formal terakhir hanyalah SMA, pak Dicky berani untuk mencoba-coba mengikuti bermacam-macam kompetisi yang berhubungan dengan ilustrasi digital di 99designs. Batu loncatan beliau adalah saat munculnya desain iOS yang skeumorphic. UI yang dulunya hanya fungsional dan kaku, iOS kemudian mengedepankan bentuk "seolah-olah asli." Hal ini meyakinkan pak Dicky untuk bisa ikut menggarap pembuatan aplikasi. Terbukti, setelah mengikuti berkali-kali, pak Dicky menang tawaran di 99designs.

Walaupun saat itu memenangkan kompetisi, bukan serta merta langsung mendulang emas. Pak Dicky tersandung dengan beragam hal teknikal seperti jenis file PNG dan 9-Slice. Tapi beranjak dari sini, pengetahuan tentang dunia development dan art beliau semakin luas.  Begitu pula dengan sumber klien.

Dunia Internet

Karena beliau memulai pekerjaan dari internet, jadi klien yang didapat pun akhirnya berasal dari luar. Selama itu beliau tidak pernah tahu (dan tidak begitu ingin tahu) sumber dari lokal. Setelah mengikuti kegiatan game jam tahun 2015 lalu, beliau akhirnya merasa terbukakan peluang lebih besar. Yang awalnya hanya ingin memiliki akun google play saja, akhirnya hingga membuat sebuah studio bernama Visionesia Studio. Dulu yang awalnya freelancer akhirnya jadi yang nyari freelancer.


Poin-poin Penting dalam Freelancing

Pak Dicky kemudian memberikan hal-hal yang penting dilakukan untuk melakukan Freelancing. Walaupun topik utama pembahasan sebagai artist, namun tips yang disampaikan terasa umum.

1. Mentality

Every final product is your best (no excuses)
Saat membuat produk, hal yang kamu buat adalah hal yang paling bagus yang pernah kamu buat. Jangan pernah bilang "Ah, kliennya soalnya waktunya sedikit..." atau "Budget dari kliennya cuma seberapa" karena itu sangat buruk. Lebih baik tidak usah ambil proyek itu jika memiliki alasan seperti tadi.

Yang perlu diingat adalah kepuasan, karena perlu diingat karya yang dibuat hasilnya dipublish. Pak Dicky berujar, walaupun mungkin gambar-gambar beliau sepuluh tahun yang lalu bila dilihat sekarang terasa konyol, namun dulu beliau mengerjakannya dengan rasa puas.

Jangan lupa juga, setiap karya yang dibuat memiliki tanggung jawab publik. Karya yang dibuat tidak hanya sekedar jadi, tapi juga berguna untuk diri sendiri ke depannya.

Responsibility To Client/Project
Saat berhubungan dengan klien pastikan 1x24 jam selalu kontak, walaupun hal sekecil apapun itu. Misalnya jikalau gambar asset, walaupun progress tidak besar, hanya sekedar sketsa dan foto, beri tahu laporannya. Jangan kabur. Jangan biarkan klien buta. Ini hal yang sangat penting, karena ini salah satu poin yang membuat klien percaya.

Jangan kabur.

Pak Dicky ada bercerita mental kabur-kaburan ini sering ditemui di asia tenggara. Klien-kliennya yang dari luar negeri kebanyakan berpendapat seperti itu. Alasan pak Dicky menggunakan nama samaran juga karena ini. Katanya lumayan berpengaruh loh.

No room for mediocrity
Jangan bikin cepat-cepat dan asal jadi karena "ah, segini juga cukup". Jangan bikin hanya karena mau buru-buru diposting di Facebook. Jangan membuat pekerjaan yang dibuat dengan "One Sitting".

Saat bekerja, coba tinggalkan beberapa saat, kemudian kembali lagi. Pak Dicky bercerita, kalau sudah jenuh, gambar yang dibuat terasanya bagus-bagus saja. Untuk melepas jenuh bisa dengan ditinggalkan dulu, tidur, dan kembali lagi besoknya. Pasti terasa ada hal yang kurang. Kalau misalnya punya beberapa project, coba putar pengerjaannya ke beberapa project.

Hal-hal itu semua bermanfaat bukan untuk klien. Setiap karya adalah promosi untuk diri sendiri. Pak Dicky menekankan di zaman internet seperti ini sudah tidak bisa lagi ditutupi oleh sebuah label. Orang bisa tahu apa dan siapa yang mengerjakan sebuah karya.

2. Be Prepared

Online Porfolio
Pak Dicky lebih senang untuk melihat online portfolio dibandingkan dengan yang dikumpulkan saat lamaran kerja. Dengan ini beliau tahu "rasa" dari orang yang memiliki portfolio dari tahun ke tahun. Online portfolio juga hal-hal yang dipikir terbaik oleh pemiliknya, tidak sekedar taruh tanpa arti.

Kalau bisa memiliki personal domain lebih keren



Separate Personal Work & Pro Work
Yang hereuy-hereuy (sunda: bercanda) taruh saja di Facebook. Untuk portofolio kerja, taruhlah di website seperti behance, artstation, dribbble. Pisahkan juga berdasarkan jenis-jenis karya agar klien bisa memilih bentuk yang diinginkan.



Make it pro, only serious work
Kalau memungkinkan ada account pro, belilah yang pro. Dengan ini ada anggapan pekerja memiliki niat dan usaha lebih.

Tidy Up LinkedIn Account
LinkedIn diisi. Serius. Beliau berpengalaman sekitar 90% yang view LinkedIn, 2-3 hari kemudian ada email yang masuk menawarkan pekerjaan.  Walaupun rasanya males, tapi LinkedIn sangat berguna.

3. Workflow

Iterate!
Jangan dibiasakan walaupun pengerjaannya lama, kemudian hilang, tidak bisa kontak, dan berusaha memberikan surprise dengan gambar yang sudah jadi. Salah.

Ide apapun itu, baik itu sketsa, dimulai dari awal harus dilihatkan ke klien. Usahakan setiap hari selalu beri ke klien dan lakukan iterasi. Sangat ditakutkan kalau sudah melakukan pengerjaan kemudian "nggak kena" dengan klien.

Kebanyakan hal ini dilakukan oleh freelancer yang sudah memiliki kemampuan lebih. Walau hasilnya bagus, tapi gak bisa dipakai sama klien, sama saja bohong.

Give notes/documentation each work
Deskripsikan apa yang sudah dikerjakan. Jelaskan alasannya tentang hal yang di gambar kepada klien. Klien lebih senang dengan hal ini. Mungkin yang dirasa oleh kita saat menggambar seperti terlalu obvious, tapi bisa jadi klien tidak tahu. Hal ini juga meyakinkan klien bahwa setiap bentuk ada maknanya dan bukan tidak sengaja.

Work Fast (Efficiency)
Pak Dicky setiap melihat sebuah gambar setelahnya akan muncul pertanyaan "berapa lama?" Beliau berujar orang pasti bisa membuat gambar seperti apapun itu, tapi berapa lama itu yang berbeda-beda tiap orang. Apalagi kerja dengan orang luar biasanya dihitung per jam. Dengan lebih cepat, berarti ada waktu untuk bisa menambahkan dan iterasi. Hal ini tidak bisa instan dan harus dilatih.

Latihan untuk bekerja secara efisien harus dilakukan setiap hari dan terus belajar.

Pak Dicky juga menambahkan hitungan per jam itu tidak seenak yang dibayangkan dan memang dihitung berdasarkan waktu bekerja. Untuk melakukan tracking kerja beliau menggunakan aplikasi bernama timingapp.

Work Smart (Tools & Technique)
Semakin jago dengan tools yang dibuat, semakin produktif dan membantu dalam pengerjaan. Kuasai hal-hal yang ada dalam tools.

Pak Dicky bercerita ada suatu kala kliennya meminta asset yang dibuat berbulan-bulan diminta untuk dilokalisasi menjadi bahasa rusia dalam pengerjaan beberapa waktu. Untungnya karena beliau membiasakan rapi dengan layering dan tahu penggunaan script photoshop, proses export jadi lebih cepat.

Freelance?

Jadi, tertarik untuk freelance? Jadi walaupun namanya freelance bukan berarti "free" dan seenaknya. Freelance tetap professional dalam bekerja dan hubungan ke klien. Bedanya bossnya, manajemen keuangan, HRD, hingga Public Relation adalah diri sendiri.

No comments:

Post a Comment

Comment is caring :)