Buy Me A Coffee!

GoPay

Monday, December 31, 2018

2018 + 1

Alhamdulillah ya, kita dipertemukan lagi akhirnya di penghujung tahun. Konsep abstrak manusia akan waktu yang memiliki awal dan akhir. Dimeriahkan dengan euforia kilat kembang api dan pekik terompet. Hura-hura yang hore-hore seperti ini sudah jengah saya icip-icip tiap tahunnya. Sebagian juga karena sudah kelewat tua dan badan mulai reyot, wkwk. Jadi lebih nyaman untuk menikmati secangkir teh hangat dan siap-siap bobok.

Tidak terasa sudah beberapa bulan saya tidak menulis di blog ini lagi. Biasa, orang sibuk *tabok*

Oke, oke, tidak sesibuk itu kok. Hanya saja saya masih memiliki ritme kerja dan istirahat yang tidak stabil. Kebanyakan istirahatnya. Dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan leyeh-leyeh. Ahem. Ahem.

Esudah. Mari kita lanjut ke topik.

Apa tadi topiknya?

Oh, tahun baru.

Seperti biasa, orang-orang normal pada umumnya, merangkum kegiatan yang dilakukan selama tahun 2018 menjadi satu karya bertajuk RESOLUSI. Nahiya, saya belum bikin, dan baru ngetik di jam 23:10, wkwk

Ya udah, mari kita cepat saja membahasnya satu persatu dengan konteks yang mungkin tidak jelas apa dan seperti apa maksudnya. Lagian siapa sih yang bakal baca blog ini selain saya sendiri? Awakakwk

Akhirnya bisa jalan-jalan sendiri

November lalu saya pergi ke Jogja untuk berpetualang. Ceritanya sih berpetualang, ternyata banyak kegiatan ya di sana. Mulai ikut event Ingress Anomaly, ke tempat temen, ketemu tetangga di Sampit yang nggak sengaja ketemu di mall di Jogja... Wah aneh. Nanti deh kapan-kapan ditulis ceritanya, kalau nggak males kerja.

Kerja di "Kantor"

Setelah puas merasakan bekerja secara remote, saya akhirnya kembali kerja di "kantoran". Kok pake kutip sih? Mm... karena saya ngerasa ini kerja "kantor" yang rada bener dibanding "kantor" tempat kerja pertama saya. Ada manajemennya gitu-gitu deh. Huehue. Kok kayaknya ini topik oke juga untuk ditulis ya. Baru sadar ternyata begitu banyak hal aneh yang bisa saya tuangkan ke dalam kumpulan catatatan sampah di blog ini. Wakak

Jadi Suka Main Ingress

Nyambung-nyambung sama poin no.1 tadi. Awalnya cuma mau ikut event, lha, kok jadi keterusan gini. Paling juga nanti ada surutnya dan udahan mainnya. *nggak mau ngasih angan-angan*


Banyak Bikin Game!!

Tapi gamenya game pesenan. Hohoho. Alhamdulillah saya bisa ngerasain Javascript game development yang rada "bener". Beneran buat production web, jadi sampe ngebikin packaging data pake Grunt, yakni semacam tools untuk pipeline web. Oh. Pokoknya dunia web banyak aneh-anehnya deh.

Saya juga jadi berkesempatan untuk kerja bareng orang-orang lain secara remote, tapi freelance. Bisa mengimbangi kegiatan kerja di kantor dan rumah.

Nganterin Ibu Bikin Gigi

Ternyata bikin gigi itu nggak sebentar, dan petualangannya melelahkan. Dari bangun subuh-subuh, terus ngantri di rumah sakit, nyiapin mental supaya nggak tekanan darah tinggi dan stress... wah.. macem-macem. Tapi alhamdulillah selesai.

Les Bahasa Jerman, tapi gak lanjut lagi

Gak lanjut gara-gara nggak ada jadwal Sabtu pagi. Seandainya aja ada, wuah, hepi.

apa lagi ya? Oh!

Akhirnya Menginjak Tanah Sumatera

Buat ke nikahan sodara sih, bukan jalan-jalan. Akhirnya map unlocked, haha.


Sepertinya itu aja, mari kita bobok, sudah lelah


Monday, June 18, 2018

Apa ya, kenapa ya begini ya

Saat internet masih sangat naif dan sederhana, semuanya terasa sangat mungkin dan menyenangkan. Apapun yang ditemukan dan dibagikan terasa sangat orisinil. Penemuan-penemuan kecil yang didapatkan dari internet adalah harta karun. Sekedar tutorial membuat teks yang bergerak hingga cara membuat sebuah game komplit, dari minggu ke minggu, internet sangatlah istimewa.

Hai, ini adalah postingan petuah dari Igrir. Setelah sekian lama saya tidak menulis (Oh wow! Terakhir menulis tahun lalu!), saya kembali menganu-anu blog ini.

Currently I'm writing this in my hometown, Sampit. Saya sedang menikmati masa-masa berliburan lebaran. Bermodalkan sebuah laptop dan internet dari modem router xl, bisa ngeblog asik.

Kenapa saya menulis? Karena saya sudah lama tidak menulis. Oh wow. Mmm, namun hal yang membuat saya terpelatuk adalah "kenangan".

Beberapa hari yang lalu saya diajak oleh teman saya untuk mengunjungi guru SMA saya. Setelah menikmati sepiring nasi kuning, kami mulai berbincang mengenai hal random. Salah satu topiknya mengenai "Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan". Beruntung saya bersama teman-teman pernah membuat sebuah video catatan akhir sekolah sederhana dan telah diupload di YouTube.


Sisihkan bagian-bagian kekonyolan, dan lompati di menit ke 16:30 sampai menit 20:-an

Kembali ke rumah guru SMA yang saya sambangi bersama teman saya.

"Ini yang merekam pak Tomy ni," kata Doddy menjelaskan siapa yang merekam momen saat kami sedang berbaris di lapangan. Sekilas info, pak Tomy adalah guru muatan lokal kami.

"Iya, kalau zaman kalian tu generasi percobaan dari pemerintah," sambut Bu Nina. "Kalau yang sekarang, mau nilai ujiannya berapa juga, tetap lulus."
"Ya am bu, kasihan yang kada lulus, ada tanda bintangnya di ijazah, dapat lulus bersayarat," balas Doddy.

Eh... hang on. Kenapa info penting ini lepas dari memori saya ya?

Kenapa ya?

Kenapa saya nggak ingat ketegangan ujian yang merupakan syarat kelulusan? Saya kok kayaknya nggak sadar, atau nggak mengerti, bahwa 3 tahun masa sekolah hanya ditentukan selama 4 hari ujian. Kok kayaknya saya nggak peduli ya masa-masa itu?

I mean... LOOK AT THIS FUCKER, SANS AMAT LOE MZ
it was fucking me
"Rasanya mau senang juga kasihan sama teman yang nggak lulus," imbuh Doddy ", masih ingat si Adit ke rumah buat belajar ngulang ujian."

Fuck. Kok momen begitu penting dan bersejarah gini aing permanent delete ya. Ada kerusakan otak apa gimana sih ini. Agak-agak ingat dikit sih setelah pembagian informasi kelulusan saya ke mushola, terus... nggak tahu. Fast forward ahead rasanya udah ke jualan DVD catatan akhir sekolah ini. Atau itu sebelumnya ya? Tahu ah.

Gak tahu ada hubungannya apa kagak, selama 6 bulan ke belakang ini saya merasa banyak hal-hal yang tidak ingin saya ingat. Rasanya sangat mudah untuk melupakan sesuatu. Ada asyiknya sih. Saya sempat merasa gejala-gejala stress dan menyentuh titik nadir. Pikiran-pikiran berkelana ke dalam hutan, menabrakan diri ke mobil, menyobek urat nadi, mengutuk diri sendiri. Penyebabnya mungkin dari beberapa hal, tapi I coped the problem with forgetting.

Mending saya ingat gak ya. Ah, gak usah ah~~ Lalala.

Nikmat dan anugerah yang diberikan kepada manusia kan kemampuan untuk melupakan. Kalau selalu ingat, nanti ingat bernafas terus jadi capek deh nafasnya.

HAHAHA. MAAFKAN.

jangan berkedip.

HAHAHAHA

okey okey

jangan menelan ludah.

AHAHAHA

Tapi mungkin juga karena saya terlalu naif dan terima-terima aja. Sepertinya semua sangat mudah dan diberikan jalannya. Tanpa pikir panjang mencoba sesuatu dan menjalaninya dengan khidmat.

Bego sih, tapi tetap memilih dengan intuisi.

Eh, topiknya apa tadi? Ah, iya memory

Memory 

Biasanya ukurannya 2GB - 8GB, makin gede, makin banyak aplikasi yang dibuka bersamaan. Kalau di hape, makin gede katanya makin lancar main game. Kalau di manusia, katanya memorynya sekitar 2.5 petabyte, sekitar 1 juta gigabyte. Kalau dikonversi seharga $0.01 per gigabyte harga memory otak manusia kalau disewa (via backblaze https://www.backblaze.com/blog/hard-drive-cost-per-gigabyte/) sekitar $25000.

Masih banyak ruang yang tersisa ya sebenernya. Kalau bisa disewakan disewain sih. Kayak film Johnny Mnemonic, daripada nggak kepake coba.

But the thing is, it's so precious and (currently) it still ours to have, gak bisa ditransfer secara langsung, nggak bisa dianu-anu, sistem operasinya kompleks. Mau copas, delete, duplikat, transfer, unik tiap pribadi dan aksesnya aneh.

sekarang mandi ah