di mesjid, lampu emergency dan lilin |
Jam menunjukkan
pukul 19:05. Adzan Isya berkumandang dan saya pun melangkah keluar posko. Saatnya
pergi ke mesjid Al-Maarij. Kenapa mesjid ini? Soalnya dekat.
Baru saja menapak
selangkah, saya tersentak. Ada pemandangan yang aneh, halaman posko yang
menghadap belakang saat itu gelap. Biasanya rumah dekat kebun menyalakan lampu
dan lumayan menerangi pohon-pohon di sekitar halaman posko. Sekarang tidak, suasananya
suram.
Beneran?! Bohong.
Saya melanjutkan
langkah kaki saya. Semakin jauh kaki melangkah, kegelapan semakin menyelimuti. Yang
paling mengejutkan gedung kelurahan seluruh lampunya mati, padahal biasanya
terang benderang. Entah ada syuting masih
dunia lain atau gimana, pokoknya gelap pekat dan suasananya dingin. Ditambah
dengan angin berhembus sepoi-sepoi seolah menjabat bulu kuduk yang
berdansa-dansa, memberikan firasat tidak nyaman.
Saya terus
melangkah menuju mesjid. Akhirnya diantara kegelapan mesjid pun tampak. Suasana temaram terasa mengendap-endap.
Lilin-lilin berpendar perlahan ditemani sebuah lampu emergency di atas mimbar. Beberapa orang sedang melaksanakan sholat
sunnah. Sepi dan khidmat.
Saya berpapasan
dengan bapak-bapak. Nggak tahu siapa namanya, nggak tahu gimana mukanya,
soalnya... mukanya nggak ada! Gelap, nggak kelihatan.
“Mati lampu ya
pak?” jawabku dengan ekspresi sok kenal sok dekat, walaupun nggak kelihatan
soalnya gelap.
“Iya, sudah
lama,” katanya.
Aneh juga,
padahal saya berada di RW 25/01, area yang sama dengan mesjid, tapi di posko
kenapa nggak mati lampu ya?
Wudhu, masuk
mesjid, sholat sunnah, dan nungguin jamaah yang lain. Celingak-celinguk, masih
dikit aja nih yang mau sholat. Padahal lagi enak-enaknya suasana mati lampu
yang temaram gini, khidmat.
Tak lama kemudian
ada seorang bapak-bapak yang terdengar sayup-sayup sedang berbicara dengan
seorang bapak-bapak lain yang ada di mesjid.
“Bla bla bla bla
... ada maling bla bla bla..”
Kita abaikan
bagian “bla bla bla,” asumsikan saja itu pembicaraan tentang integral lipat
tiga atau pembagian dengan bilangan nol karena terlalu repot untuk
diperbincangkan sebelum tarawih. Punchline-nya
adalah maling. Hoa?! Maling? Ditengah pekatnya kegelapan malam seperti ini?
Seorang bapak
keluar untuk mengkonfirmasi kebenaran informasi yang dibawa oleh bapak tadi.
“Adek tunggu disini aja ya,” ucap bapak yang tadi seraya menyuruh anaknya untuk
tetap tinggal di mesjid. “Adek! Stay! Stay! Good boy.”
Kemudian
satu-satu jamaah yang laki-laki keluar, diikuti dengan jamaah perempuan.
Mesjidnya sepi. Saya pergi ke pelataran mesjid. Lingkungan sekitar mesjid
gelap, hanya diisi suara anjing yang menggonggong ribut sedari tadi.
Tak lama kemudian
ada seorang ibu-ibu yang datang dengan sepeda motor.
“Ada maling bu?”
Tanyaku sok kenal.
Ih jadi
penasaran. Baru saja mau ngambil sendal, eh! Lampunya tiba-tiba nyala. Setelah
meniup beberapa lilin tanpa diiringi lagu selamat ulang tahun (oke, bagian lagu
tidak penting) kemudian saya mengambil sendal dan berjalan menuju lokasi rumah
yang katanya ada malingnya.
Tidak susah untuk
mencari rumah yang disangka terdapat maling didalamnya. Warga sekitar sudah
berkumpul di depan salah satu rumah. Rumah yang memiliki dua lantai dengan
sebuah mobil jeep di depannya.
Warga laki-laki
sudah masuk ke pelataran rumah dan sedang berusaha masuk ke dalam rumah. Diantaranya
ada yang membawa membawa senter, ada juga yang membawa stik golf. Yang
perempuan dan ibu-ibu lainnya menunggu di depan jalan, ada juga yang di depan
pagar. Pak RW yang sedang menelepon Polisi dan berdiskusi dengan warga sekitar.
Pak RT hilir mudik memberikan informasi.
Lampu-lampu
senter berkejaran. Tetangga-tetangga keluar dan memperhatikan.
Setelah suasana
riuh rendah, kemudian tiba-tiba terdengar pintu lantai dua didobrak serta suara
rintihan, disusul suara marah-marah. Ah.. malingnya tertangkap. Saya sempat
melihat wajah malingnya, soalnya sang maling didudukkan di ruang tamu rumah
itu, jadi saya bisa melihat wajahnya dari jendela. Dari penampilannya nampaknya
sang maling berumur sekitar 25 tahun. Pelipis kirinya sudah benjol. Wajahnya
memiliki ekspresi yang aneh, antara takut, menantang, dan geli yang bercampur.
salah satu mobil sat reskrim polres cimahi |
Tak lama kemudian
iring-iringan 4 mobil Polisi datang. Ada yang menggunakan seragam, ada juga yang
berpenampilan preman. Mereka membawa senapan angin, dan sebuah senter besar.
Senter yang lebih
terang kini menemani senter lainnya. Ikut berkejaran di malam yang dingin. Ah,
lama-lama membosankan juga... dan akhirnya ada ajakan dari seseorang untuk
pergi ke mesjid dan mulai melaksanakan sholat Isya dilanjutkan sholat tarawih.
Mesjid menjadi
kian sepi. Ada grup kecil yang sudah melaksanakan sholat Isya sebelumnya. Seorang
bapak kemudian berbicara melalui pengeras suara.
“Bapak-bapak dan
ibu-ibu yang masih di luar mesjid, mari kita melaksanakan sholat Isya dan
tarawih, bagi masalah yang itu biarkan saja polisi yang mengurusnya,” ucapnya.
Setelah ditunggu
beberapa saat dan semua telah melaksanakan sholat Isya, kemudian dilanjutkan
sholat tarawih yang hanya satu shaf ditambah beberapa orang wanita di belakang.
Sepi sekali, bahkan hingga sholat witir. Pak RW baru datang ketika sholat tarawih
selesai dilaksanakan, akhirnya Pak RW beserta rombongan kecil yang baru datang tadi
membuat shaf sendiri untuk memulai sholat tarawih.
Fuah.. itulah
cerita tentang hari ini. Maling mungkin tidak berhasil untuk mencuri pompa air rumah
di RW 25 tadi, tapi dia sukses mencuri waktu sholat Isya dan Tarawih. Ling..
ling...
No comments:
Post a Comment
Comment is caring :)